Penjelasan

Musim Sensi

Apa kabar? Semoga kabar baik-baik saja. Tanpa kabar rasanya hidup kita hampa. Inilah, katanya kebiasaan orang kita. Kalau tanpa kabar yang benar, muncul kabar yang tidak akurat alias gossip. Kalau Anda tanya apa kabar bisnis tanaman, saya harus jawab dengan jujur, ya begitulah, memble.

Tentang kenapa majalah-majalah tanaman kebanggaan kita seperti Trubus dan Flona sudah lama tidak menurunkan artikel utama tentang tanaman hias, saya bisa jawab, saya sangat amat bisa memahami. Karena kalau menulis satu dua artikel, nanti dibilang sedang menggoreng. Kalau nulis harga lagi turun, lebih celaka.Bilangharga bagus, bisa dituduh kebohongan publik. Repot kan?


Jadi beginilah kita sekarang. Dengan tidak ada artikel2 sama sekali di majalah tersebut situasi jadi tambah mencekam. Kita seperti hidup dalam dunia horror. Ada apa ini?

Ada yang bilang memang sekarang orang tanaman lagi sensi (singkatan dari sensitip). Teman2 saya di majalah itu sendiri mengakui, Nulis salah, tidak nulis salah. Akhirnya pilih jalan paling aman: nulis rambutan, alpokat, kucai mini dan sebagainya. Pemain duren dkk itu kebetulan memang jinak-jinak katimbang pemain anthurium dan aglaonema, kata mereka lagi. Hahaha…. Saya ketawa.

Soal sensi tadi memang iya. Harga sekarang lagi amburadul. Kalau menyebut harga, ada sebagian orang yang kebakaran jenggot, terutama pedagang, tentu saja. Di kalangan komunitas tanaman, hal itu masih bisa dicegah, pst, jangan bilang2 soal harga, katanya. Tapi di pameran, di tempat umum, siapa bisa cegah?

Saya sering ketemu, orang-prang pulang dari nonton pameran tananman, cengar-cengir pamerdan bangga baru beli tanaman yang harganya sangat murah untuk ukuran zaman dulu. Celakanya, orang itu juga lapor ke teman2 lain.. Akibatnya bisa diduga, brand tanaman tadi merosot, harga tanaman tersebut langsung dianggap sudah murah, dan imagenya jadi murahan. Kita harus tahu, rupanya orang lebih suka beli harga daripada beli tanaman. Tidak perduli tanaman itu bagus atau memble, yang penting harga murah. Gitu.
Repotnya orang lupa melacak, siapa penjual barang murah tadi. Coba saja Anda ikut jadi detektif. Yang menjual tanaman murah itu biasanya jenis-jenis orang yang lagi BU, kepepet butuh uang, atau panik takut tanaman mampus karena cuaca lagi tidak menentu, atau harga tanaman akan bernasib kayak anthurium. Hm. Rupanya, anthurium sudah memberi banyak pelajaran bagi orang. Baik pelajaran yang bener, maupun pelajaran yang ngaco. (Oke, nanti kita bicara di surat lain, pak)


Kembali ke soal sensi tadi, jadi penjual tanaman murah itu biasanya orangyang BU dan tidak bermental kolektor, tetapi orang yang memang dari sononya beli untuk investasi, atau untuk mengharap harga melambung.

Sekarang kita bias tau, mana kolektor sejati dan mana yang kolekdol. Setahu saya, yang kolektor sejati sampaisaat ini tidak pernah melego tanamannya murah2. Mereka tetap bertahan, dan punya nyali tinggi. “Mending tanaman itu mati di tangan saya daripada saya jual murah2,” kata mereka. Suer.
Sedang yang selama kita anggap kolektor, karena punya indukan banyak dalam jumlah banyak tapi kemudian menjual murah2, ya itulah yang namanya kolekdol itu. Mereka sih bilang sama kita, yah, saya sih seperti air saja, ngikut. Kalau murah ya jual murah. Wong saya sudah untung. Tapi, kalau kita juga sensi, kita tahu dia bilang begitu sambil nangis. Jadi kalau mereka jual murah2, mau apa? Kepada mereka, kita angkat tangan. Saya sendiri tidak mau tanggung kalau tanamannya kemudian mati, dan dia merasa uangnya mati di situ.


Nah, terhadap pertanyaan Anda berikut: bagaimana omzet penjualan saya saat ini, saya terus terang juga takut menjawabnya, karena ini juga termasuk yang sensi. Kalau saya jawab, bagus, Anda pasti kaget, menduga saya bohong. Kalau saya jawab, omzet saya amburadul, lebih celaka lagi. Nanti Anda kecil hati, dan membayangkan dunia bakal runtuh. Paling aman saya jawab standar saja: "Ya, ada2 saja, alhamdulillah....." Mau bilang apa lagi? Semua penghuni dunia rasanya sudah tahu apa yang sedang terjadi.

Oke, begitu saja dulu kabar dari saya, pak. Saya janji akan menulis di surat lain soal trauma anthurium tadi.

Tetap semangat, pak.

Salam,


Kholil